Kamis, 05 Februari 2015

Perahu Hidupku

Suatu hari aku sedang menikmati senja dalam perahuku yang sedang berlabuh di darmaga. 
Kulihat Tuhan di ruang pengemudi. 
Ia menatapku dan berkata, "Lepaskan tambatan tali itu dan biarlah AKU membawa engkau ke seberang, sebab bukan rancanganKU perahumu tertambat di sini."


Dengan gelisah dan  penuh kekuatiran aku berkata,
"Bukankah lebih baik aku berada di sini ? 
Anginnya sepoi-sepoi dan lautnya tidak bergelombang. 
Tidak ada topan dan badai sehingga aku dapat kembali ke darat kapan pun aku mau."

Dengan lembut IA memegang pundakku dan menatap mataku dalam, IA berkata,
"Jika engkau tidak mengalami taufan dan badai, engkau tidak akan pernah melihat bahwa AKU berkuasa atas semua itu."

Gelisahku masih enggan beranjak
dan kuatirku masih betah bertahta di hatiku. 
Dalam pergumulanku, aku memandang tali yang mengikat perahu hidupku. 
Di tali itu aku melihat ada bongkahan besar rasa kuatir
Kuatir akan keuangan, pekerjaan, kehidan dan masa depanku. 
Hatiku berkata, "Tahukah IA apa yang aku inginkan ? Mengerti kah IA apa yang kuharapkan ?

Dengan lembut IA merangkulku dan dengan lembut berkata,
"Tidak semua yang engkau inginkan akan engkau dapatkan,
bahkan terkadang mungkin kebalikannya yang engkau dapatkan. 
Tetapi AKU mau engkau PERCAYA, bahwa rancanganKU adalah rancangan damai sejahtera. 
Masa depanmu adalah masa depan yang penuh harapan."

Aku menangis, IA memelukku erat.

Dengan berat akhirnya aku melepas tali perahuku. 
Kulepaskan semua kekuatiran yang menghimpitku. 
Sambil menangis aku menatapNYA dan berkata,
"Jadilah nahkoda dalam hidupku dan berlayarlah bersamaku."

Kutaruh hak atas masa depanku di dalam genggaman tanganNYA
Aku tidak tahu apa yang ada di depanku, akan seperti apa masa depanku.
Yang aku tahu bahwa IA merancang masa depan dengan amat sempurna,
sesuai kehendakNYA untuk kebaikanku.
BersamaNYA akan kuhadapi semua badai dan topan yang melanda,
menyongsong masa depan yang penuh harapan.